Iman adalah semua hal yang
tinggal menetap didalam hati, dia dibenarkan keberadaannya didalam hati dengan
lisan dan amal, muncul buahnya dengan jelas pada anggota tubuh dengan
melaksanakan perintah-perintahNya dan menjauh dari
larangan-laranganNya.
Karena bahwasanya kata iman berada pada siapa saja yang
membenarkan keberadaannya dengan keseluruhan hal yang telah datang dengannya
Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam dari RabbNya Jalla wa 'Ala baik dalam bentuk
i'tiqod (kepercayaan dan keyakinan), iqrar, dan amal.
Bahwasanya keadaannya
tidak sama satu sama lain dan tidak saling serupa didalamnya selama-lamanya;
karena itu siapa saja yang membenarkan dengan hatinya, beriqrar dengan lisannya,
tidak mengamalkan dengan anggota tubuhnya keta'atan-keta'atan yang dia telah
diperintah dengannya; maka dia belum berhak memiliki kata iman.
Siapa saja
yang telah beriqrar dengan lisannya, amal anggota tubuhnya, hatinya tidak
membenarkannya; maka dia belum berhak memiliki kata iman.
Kalau begitu,
menunggalkan iman dari amal; maka tidak ada manfa'at padanya; jika sekiranya
memisahkan iman dari amal bermanfa'at bagi siapapun maka hal tersebut pasti
bermanfa'at bagi iblis -kita berlindung kepada Allah darinya dan dari tipu
dayanya- maka sungguh adalah iblis mengetahui bahwasanya Allah 'Azza wa jalla
Dzat yang Maha Tunggal tidak ada sekutu bagiNya, dan bahwasaynga tempat
kembalinya tanpa ragu adalah kepadaNya Subahanah; akan tetapi dia ketika datang
kepadanya perintah ilahi
وأسجدوا لادم فسجدوا إلا إبليس أبى واستكبر وكان من
الكافرين
'Kalian bersujudlah kepada Adam maka merekapun bersujud kecuali
Iblis dia enggan dan sombong dan jadilah dia termasuk orang-orang yang
kafir'
Tidak dapat memberi pertolongan kepadanya ilmunya mengenai keMaha
Tunggalan Allah (dalam DzatNya) dan Rububiyyah (keMaha Tunggalan Allah dalam
perbuatanNya); karena bahwasanya dia tidak melaksanakan tauhid ibadah.
Oleh karena itu pembenaran yang terpisah dari amal tidak berharga baginya menurut Rabb Al 'Alamin.
Iman tidak disebutkan didalam Al Qur'an dan As Sunnah dalam keadaan terpisah dari amal; bahkan disubstitusikan padanya amal sholih dalam banyak ayat-ayat dan hadits-hadits dan substitusi ini adalah bagian dari pembahasan umum khusus atau bagian dari keseluruhan; dan yang demikian itu untuk menguatkan bahwa amal-amal shalih bagian dari Iman.
Maka iman dan amal adalah dua hal yang saling mengharuskan keberadaannya satu sama lain tidak boleh dipisahkan salah satu dari keduanya, amal adalah gambarannya iman dan perhiasannya, dia termasuk kelazimannya dan konsekuensinya, dan sebagian ma'nanya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah -semoga Allah merahmati beliau- berkata setelah menukil ucapan-ucapan para Imam Ahlus sunnah wal jama'ah bahwasanya amalan adalah salah satu bagian dari iman : 'Dan adalah siapa saja yang telah berlalu dari para pendahulu (salaf) kita; mereka tidak memisahkan antara iman dan amal, amal bagian dari iman, iman bagian dari amal, dan hanyalah iman adalah kata yang mengumpulkan sebagaimana bagian-bagian agama ini berkumpul nama-namanya, dan pembenarannya adalah amal; maka siapa saja yang telah beriman dengan lisannya, telah membuat pengakuan dengan hatinya, dan telah membenarkan dengan amalnya; maka itulah tali yang kuat (urwah al wutsqo) yang tidak terdapat pemutus baginya, dan siapa saja yang telah berucap dengan lisannya, tidak membuat pengakuan dengan hatinya, dan tidak membenarkan dengan amalnya, niscaya keadaannya di akhirat termasuk orang-orang yang merugi, ini adalah hal yang diketahui dari lebih dari satu orang dari salaf (generasi shahabat hingga tabi'in) dan khalaf (generasi tabi'ut tabi'in hingga sekarang); dan bahwasanya mereka menjadikan amal sebagai pembenara bagi ucapan' (Al Iman oleh Ibnu Taimiyyah hal. 280)
Oleh karena itu pembenaran yang terpisah dari amal tidak berharga baginya menurut Rabb Al 'Alamin.
Iman tidak disebutkan didalam Al Qur'an dan As Sunnah dalam keadaan terpisah dari amal; bahkan disubstitusikan padanya amal sholih dalam banyak ayat-ayat dan hadits-hadits dan substitusi ini adalah bagian dari pembahasan umum khusus atau bagian dari keseluruhan; dan yang demikian itu untuk menguatkan bahwa amal-amal shalih bagian dari Iman.
Maka iman dan amal adalah dua hal yang saling mengharuskan keberadaannya satu sama lain tidak boleh dipisahkan salah satu dari keduanya, amal adalah gambarannya iman dan perhiasannya, dia termasuk kelazimannya dan konsekuensinya, dan sebagian ma'nanya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah -semoga Allah merahmati beliau- berkata setelah menukil ucapan-ucapan para Imam Ahlus sunnah wal jama'ah bahwasanya amalan adalah salah satu bagian dari iman : 'Dan adalah siapa saja yang telah berlalu dari para pendahulu (salaf) kita; mereka tidak memisahkan antara iman dan amal, amal bagian dari iman, iman bagian dari amal, dan hanyalah iman adalah kata yang mengumpulkan sebagaimana bagian-bagian agama ini berkumpul nama-namanya, dan pembenarannya adalah amal; maka siapa saja yang telah beriman dengan lisannya, telah membuat pengakuan dengan hatinya, dan telah membenarkan dengan amalnya; maka itulah tali yang kuat (urwah al wutsqo) yang tidak terdapat pemutus baginya, dan siapa saja yang telah berucap dengan lisannya, tidak membuat pengakuan dengan hatinya, dan tidak membenarkan dengan amalnya, niscaya keadaannya di akhirat termasuk orang-orang yang merugi, ini adalah hal yang diketahui dari lebih dari satu orang dari salaf (generasi shahabat hingga tabi'in) dan khalaf (generasi tabi'ut tabi'in hingga sekarang); dan bahwasanya mereka menjadikan amal sebagai pembenara bagi ucapan' (Al Iman oleh Ibnu Taimiyyah hal. 280)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar